Saya akan membahas mengenai Sistem Perekonmian Indonesia yang pertama tentang penerapan sistem ekonomi dualisme sosialis, pancasila dan eknomi kerakyatan di Indonesia, dan yang kedua menganalisis mengenai kependudukan berdasarkan struktur permasalahan yang muncul.
Kita makin menyadari
bahwa keterbatasan yang dihadapi manusia tidak hanya bersifat individu,
melainkan juga bersifat kolektif. Kemampuan melakukan koordinasi ini mengindikasi
kemampuan manusia menyusun sistem-sistem ekonomi. Hanya saja, kemampuan yang
dicapai manusia dalam membangun sistem ekonomi belum sempurna. Itulah sebabnya,
mengapa dunia berkali-kali menghadapi masalah-masalah ekonomi yang berat,
terutama resesi dan depresi ekonomi.
Sistem ekonomi adalah suatu bentuk
organisasi ekonomi yang mengatur cara-cara memecahkan berbagai masalah ekonomi
yang dihadapi sehingga tercapai kesejahteraan dan kemakmuran. Sistem ekonomi
yang dianut oleh sekelompok masyarakat tergantung pada paham atau ideologi yang
dianut suatu negara. Ada negara yang menganut paham liberal (liberalisme),
sosialis (sosialisme), komunis (komunisme), atau campuran dari paham liberal
dan sosialis.
Dasar negara menyatakan bahwa sistem
ekonomi yang dikonsepkan adalah Ekonomi Kerakyatan (ekonomi yang dikuasi oleh
rakyat), tetapi kenyataannya aktivitas ekonomi yang berlangsung saat ini
mencerminkan Sistem Ekonomi Kapitalis, sehingga saat ini yang terjadi adalah
dualisme ekonomi.Dualisme ekonomi mengacu pada pemikiran J.H. Boeke yang
menggambarkan adanya dua keadaan yang amat berbeda dalam suatu masyarakat,
yang  hidup dan berdampingan. Keadaan pertama bersifat ‘superior’
sedangkan yang lainnya bersifat ‘inferior’. Dualisme ekonomi di Indonesia tidak
hanya mewujud sebagai akibat perbedaan taraf pengembangan teknologi, melainkan
tampak sebagai perbedaan konsep nilai (falsafah), ideologi, dan sos-bud, yang
mempengaruhi bekerjanya sistem ekonomi.
Jika sistem kapitalis sangat percaya
bahwa kemakmuran bersama harus dibangun diatas fondasi kemakmuran individu,
sistem sosialis berpandangan sebaliknya. Kemakmuran individu hanya mungkin
tercapai bila berfondasikan kemakmuran bersama. Konsekuensinya, penguasaan
individu atas aset-aset ekonomi atau faktor-faktor ekonomi harus ditekan
sesedikit mungkin. Itulah sebabnya, dalam masyarakat sosialis sebagai besar
kepemilikan merupakan kepemilikan sosial (sosial property).
2.       
Menganalisis mengenai kependudukan
berdasarkan struktur permasalahan yang muncul pengangguran dan jenisnya
berdasarkan aspek distribusi dan perpindahan atau migrasi.
Bangsa
Indonesia mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme
pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan mempertimbangkan
pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kulitas hidup,
dan pembangunan yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan sehingga terjamin
kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja, perlindungan hak-hak konsumen
serta perlakuan adil bagi seluruh masyarakat. Sistem kerakyatan yang dibangun
adalah sistem yang memungkinkan seluruh potensi masyarakat, baik sebagai
konsumen, sebagai pengusaha, maupun tenaga kerja, tanpa membedakan suku, agama,
dan jenis kelamin mendapat kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif
dalam meningkatkan taraf hidupnya dalam berbagai kegiatan ekonomi.
Komposisi
penduduk adalah dimana suatu Negara yang mempunyai wilayah yang luas dan
memiliki banyak penduduk didalam satu Negara tersebut, dari banyaknya penduduk
tersebut akan dikelompokan berdasarkan kriteria tertentu.Struktur penduduk di suatu wilayah dapat dikelompokkan
menjadi lima yaitu:
–       
biologis yang
meliputi jenis kelamin dan umur
–       
sosial yang
meliputi status perkawinan dan pendidikan
–       
ekonomi yang
meliputi status pekerjaan, lapangan pekerjaan, pendapatan, pengeluaran.
–     rumah tangga yang
meliputi jumlah anak, ukuran keluarga, hubungan dengan kepala rumah tangga
–       
budaya yang
meliputi agama, bahasa dan suku bangsa.
Migrasi  merupakan  suatu 
proses  yang  secara 
selektif  mempengaruhi  setiap individu  dengan 
ciri-ciri  ekonomi,  sosial, 
pendidikan  dan  demografi 
tertentu,  maka segenap
pengaruhnya secara relatif terhadap faktor-faktor ekonomi maupun non ekonomi
dari masing-masing individu tentu akan bervariasi.
Mobilitas penduduk  yang terjadi 
karena  migrasi spontan,
biasanya  lebih karena alasan  ekonomi. Perbedaan  karakteristik 
wilayah  /  negara 
menunjukkan  hubungan  yang positif 
atas  terjadinya  perpindahan 
penduduk  atau  migrasi. Semakin maju suatu wilayah,  akan 
semakin  menarik  bagi 
para  pendatang  yang 
memberi  kontribusi  positif bagi 
peningkatan  aksesibilitas  sosial 
ekonomi,  sebaliknya,  semakin 
tertinggal  suatu daerah dalam
aspek ekonomi, dapat dijadikan salah satu pendorong bagi penduduk untuk
pindah  ke  daerah 
lain,  utamanya  pada 
kelompok  usia  tertentu 
guna  mencari  peluang kerja.
Ilustrasi  di 
Asia  Tenggara,  misalnya 
negara  Malaysia,  sebagai 
negara  yang petumbuhan  ekonominya 
relatif  pesat  di 
antara  negara-negara  sekitarnya, 
meski memberlakukan  regulasi  bagi 
pendatang  secara  ketat, 
tetap  saja  menjadi 
‘primadona’ tujuan  dalam  mencari 
kesempatan  kerja  bagi 
kaum  migrasi  khususnya 
dari  Indonesia sebagai TKI bahkan
dengan cara ilegal sekali pun.
Berbicara
mengenai migrasi, migrasi akan berdampak terhadap pengangguran, banyak penduduk
indonesia yang akan kehilangan pekerjaannya. Pengangguran yang berakibatkan
oleh migrasi adalah pengangguran friksional biasanya bersifat sementara,
karena tenaga kerja yang bersangkutan belum menemukan pekerjaan yang sesuai
dengan bidang atau keahliannya. Pengangguran ini terjadi sebagai akibat
pindahnya seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain.
Dalam pengangguran ini tidak ada
penanggulangan secara khusus, karena jalan keluar untuk mengurangi pengangguran
ini adalah dengan meningkatkan kesempatan kerja berbagai macam bidang usaha.
Referensi : 
Raharja, pratama &
Mandala Manurung.2004.PengantarIlmuEkonomi.Jakarta:FakultasEkonomiUniversitasIndonesia

